Kamis, 10 Maret 2011

Tugas Bahasa Indonesia Penalaran

Penalaran

Pendahuluan

Berfpikir ilmiah berbeda dengan berpikir biasa. Kebenaran, yang menjadi tujuan ilmu, dicapai melalui sarana dan metode khusus, yang dinamakan metode ilmiah. Dalam dunia ilmu, dikenal beberapa sarana berpikir ilmiah, yakni bahasa, logika, matematik, dan atatistik. Bahasa sangat penting dalam pergaulan sehari-hari dan dunia keilmuan. Bahasa merupakan pembeda antara manusia dan hewan. Hanya manusia dapat berbahasa. Mungkin orang berkata: ada sejumlah jenis hewan yang bisa berbahasa, sebab itu bahasa bukan monopoli manusia. Tetapi kita harus menjawab keberatan ini dengan berkata bahwa apa yang disinyalir sebagai bahasa pada hewan-hewan tertentu itu bukan bahasa, melainkan gejala prabahasa. Kekhasan manusia dengan bahasa ini menyebabkan manusia sering dinamakan animal symbolicum (hewan yang menggunakan simbol).

Masalah

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, disimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Penjabaran Isi

Metode dalam menalar

Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

Induktif

- Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.

- Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.

- Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

- Penalaran bergerak dari hal-hal khusus kepada yang umum (sebab mulai dengan pengalaman)

- Kesimpulan lebih luas dari premis.

- Contoh : Logam 1 dipanasi dan memuai (premis mayor)

Logam 2 dipanasi dan memuai (premis minor)

Semua logam dipanasi dan memuai (konklusi)

Deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum (universal) terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus (partikular). Kesimpulan lebih sempit dari premis.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Pengertian Penalaran

Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran, dan sebab itu lebih rumit dibanding pengertian dan preposisi. Secara sederhana penalaran dapat didefinsikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.

Contoh :

Logam 1 dipanasi dan memuai

Logam 2 dipanasi dan memuai

Logam 3 dipanasi dan memuai

dan seterusnya

jadi : semua logam yang dipanasi memuai

Hukum-hukum Penalaran

Perlu dipahami ”bahwa yang benar” tidak sama dengan ”yang logis”. Yang benar adalah suatu proposisi. Sebuah proposisi itu benar kalau ada kesesuaian antara subyek dam predikat. Yang logis adalah penalaran, dinamakan penalaran yang logis kalau mempunyai bentuk yang tepat, dan sebab itu penalaran yang sahih. Maka, hubungan kebenaran antara premis dan konklusi dapat dirumuskan dalam hukum-hukum sebagai berikut :

Hukum pertama :

Apabila premis benar, konklusi salah

Contoh :

Semua manusia akan mati

Ali adalah manusia

Jadi: Ali akan mati

Premis mayor benar dan premis minor benar, konklusi juga benar.

Hukum kedua :

Apabila konklusi salah, premisnya juga salah

Contoh :

Semua manusia akan mati

Malaikat adalah manusia

Jadi: Malaikat akan mati

Konklusinya salah, sebab itu premisnya (kedua-duanya atau salah satunya) pasti salah. Premis mayor benar, dan premis minor salah, sebab malaikat memang bukan manusia. Konklusi salah karena premis minornya salah.

Hukum ketiga:

Apabila premisnya salah, konklusi dapat benar dapat salah

Contoh :

Malaikat itu benda fisik

Batu itu malaikat

Jadi batu itu benda fisik

Kedua premisnya salah, tetapi konklusinya benar.

Hukum keempat :

Apabila konklusi benar, premis dapat salah dapat benar

Contoh : lihat contoh di atas.

Kesesatan (fallacy)

Penalaran yang tidak sahih atau tidak tepat dinamakan penalaran yang sesat disingkat dengan kesesatan atau falaccy

Paralogis adalah kesesatan yang tidak disadari (tidak sengaja), dan terjadi karena pembicara kurang menguasai hukum-hukum penalaran. Sebaliknya, pembicara mengemukakan dengan sengaja menggunakan kesesatan untuk tujuan tertentu dinamakan sofis. Sofis memiliki dasar logika dan argumentasi yang kuat, dan dapat menjebak lawan bicara untuk kepentigan sendiri.

Kesesatan dapat terjadi karena bahasa (semantik) dan relevansi antara pernis dan konklusi. Berikut macam-macam kesesatan ;

Kesesatan karena term ekuivok

Kata yang digunakan mempunyai arti lebih dari satu, sehingga penafsirannya berbeda.

Contoh :

Malang itu kota yang indah

Orang miskin bernasib malang

Jadi : orang miskin bernasib indah

Kesesatan amfiboli

Kesesatan ini terjadi karena struktur kalimat dibuat sedemikian sehingga dapat ditafsirkan ganda

Contoh :

(dari iklan di media massa) ”Dijual segera : kursi tinggi untuk bayi dengan kaki patah”

Kesesatan komposisi

Kesesatan ini terjadi karena pencampuradukan term yang bersifat kolektif dan distributif.

Contoh :

Sebuah sekolah, terdiri atas bangunan tempat belajar, laboratorium dan sebuah ruangan untuk olahraga, yang semuanya mempunyai luas 800 meter persegi.

Kata ”luas” dapat berarti luas sekolah seluruhnya 800 m2, atau setiap bagian sekolah seluas 800 m2 sehingga luas keseluruhan 2400 m2.

Kesesatan dalam pembagian

Kesesatan ini terjadi kerena anggapan bahwa apa yang benar bagi keseluruhan, berlaku bagi individu, kebalikan dari kesesatan komposisi.

Contoh :

Semua gadis Bali pandai menari

Ni Made Swasti adalah gadis Bali

Jadi : Ni Made Swasti pandai menari

Kesesatan aksentuasi

Kesesatan terjadi karena aksen bicara, aksen berbeda menyebabkan beda penafsiran.

Contoh :

Sesama teman harus saling menolong

Ada dua penafsiran, yang pertama bila sesuatu terjadi teman harus ditolong termasuk menyembunyikan dari kejaran polisi, atau yang ditolong hanya teman dan yang bukan tidak harus ditolong yang kedua.

Kesesatan karena relevansi

Kesesatan ini terjadi karena menurunkan konklusi yang tidak punya relevensi dengan premis, tidak ada hubungan logis antara konklusi dan premis. Jenis kesesatan relevensi :

a. Argumentum ad hominem

artinya argumen yang ditujukan kepada orangnya, terjadi bila orang menerima atau menolak suatu argumentasi bukan karena alasan logis, tetapi pamrih lawan pembicara. Contoh : disebuah sidang, jaksa penuntut tidak memberikan bukti secukupnya tentang kesalahan terdakwa tapi membeberkan sejarah hidup terdakwa yang penuh kebajikan, agar mempengaruhi keputusan hakim.

b. Argumentum ad verecundiam

terjadi bukan kerena penalaran logis, tetapi yang mengemukakan orang yang berwibawa dan dapat dipercaya.

c. Argumentum ad baculum

berarti tongkat pemukul, terjadi bila orang menolak atau menerima suatu argumen bukan dasar penalaran logis tapi karena ancaman sehingga diterima karena takut.

d. Argumentum ad populum

artinya ditujukan kepada rakyat, pernyataan yang membangkitkan emosi massa. Digunakan oleh para jurukampanye.

e. Argumentum ad misericordiam

untuk menggugah belas kasian.

f. Post hoc propter hoc

terjadi karena menganggap sesuuatu sebagai sebab pedahal bukan. Contoh : matahari terbit sesudah ayam. Jadi : terbitnya matahari disebabkan kokok ayam.

g. Petitio Principii

terjadi karena orang ingin membuktikanyang harus dibuktikan. Apa yang harus dibuktikan (konklusi) digunakan sebagai premis sehingga terjadi circulus vitiosus (lingkaran setan), dasarnya sama dengan tautologi.

h. Argumentum ad ignorantiam

pembuktian tanpa dasar, tapi lawan bicara tidak dapat mengugurkannya dengan alasan kuat. Berkaitan dengan hal-hal yang sulit dibuktikan sevara empiris, seperti gejala psikis, telepati, paranormal.

Kesimpulan

Dari uraian diatas, ada beberapa pokok pikiran sebagai kesimpulan ;

Gejala bahasa hanya dapat terjadi pada manusia. Bahasa membedakan manusia dari hewan. Manusia disebut symbolicum (=hewan yang dapat menggunakan simbol). Penalaran (reasoning) merupakan bentuk pemikiran yang paling rumit. Bentuk pemikiran lainnya ialah pengertian (konsep) dan pernyataan (proposisi). Empat hukum penalaran merupakan panduan untuk mengukur hubungan logis antara premis dan konklusi. Kemampuan untuk penalaran sahih dapat ditingkatkan dengan mempelajari hukum-hukum logika, guna menghindari dari kemungkinan melakukan kesesatan penalaran.

Sumber :

Wikipedia

http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/wacana/173-penalaran.pdf

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf

Nama : Katherine Fernanda Gunawan

Kelas : 3ea10

NPM : 11207246

Dosen : Sepitri Daruyani

1 komentar: