Kamis, 10 Maret 2011

Tugas Bahasa Indonesia Karangan

KARANGAN

Pendahuluan

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Narasi

Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif.

Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.

Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.

Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.

Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H :

- (What) Apa yang akan diceritakan,

- (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,

- (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,

- (Who) Siapa pelaku ceritanya,

- (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan

- (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.

Deskripsi

Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:

a. menggambarkan atau melukiskan sesuatu,

b. penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,

c. membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Pola pengembangan paragraf deskripsi:

Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.

Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.

Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

Langkah menyusun deskripsi:

a. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan

b. Tentukan tujuan

c. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan

d. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan)

e. Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan

Eksposisi

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:

a. Menentukan topik/tema

b. Menetapkan tujuan

c. Mengumpulkan data dari berbagai sumber

d. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih

e. Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

Contoh topik yang tepat untuk eksposisi:

- Manfaat kegiatan ekstrakurikuler

- Peranan majalah dinding di sekolah

- Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Argumentasi

Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Langkah menyusun argumentasi:

a. Menentukan topik/tema

b. Menetapkan tujuan

c.Mengumpulkan data dari berbagai sumber

d. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih

e. Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

Contoh tema/topik yang tepat untuk argumentasi:

Disiplin kunci sukses berwirausaha,

Teknologi komunikasi harus segera dikuasai,

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.

Persuasi

Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Langkah menyusun persuasi:

a. Menentukan topik/tema

b. Merumuskan tujuan

c. Mengumpulkan data dari berbagai sumber

d. Menyusun kerangka karangan

e. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

Contoh tema/topik yang tepat untuk persuasi:

Katakan tidak pada NARKOBA,


Penggunaan Bahasa Tulis

Dalam menggunakan kata dan frase

1. hendaknya dihindari pemakaian kata atau frase tutur dan kata atau frase setempat, kecuali bila sudah menjadi perkataan umum.

2. hendaknya dihindarkan pemakaian kata atau frase yang telah usang atau mati.

3.hendaknya kata atau frase yang bernilai rasa digunakan secara cermat, sesuai dengan suasana dan tempatnya.

4. hendaknya kata-kata sinonim dipakai secara cermat pula karena kata-kata sinonim tidak selamanya sama benar arti pemakaiannya.

5.hendaknya istilah-istilah yang sangat asing bagi umum tidak dipakai dalam karangan umum

6.hendaknya dihindari pemakaian kata asing atau kata daerah bila dalam bahasa Indonesia sudah ada katanya, jangan menggunakan kata asing hanya karena terdorong untuk bermegah dan berbahasa tinggi

7.untuk memperkecil banyaknya kata kembar dan kata bersaingan, dan untuk menghindari beban atau pemberat yang tidak perlu dalam pemakaian bahasa, sebaiknya dipedomani kelaziman dan ketentuan ejaan

Dalam menyusun kalimat

1. gunakanlah kalimat-kalimat pendek

2. gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang

3. gunakan bahasa sederhana dan jernih pengutaraannya

4. gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk

5. gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan kalimat pasif

6. gunakan bahasa padat dan kuat

7. gunakan bahasa positif, bukan bahasa negatif

Langkah-langkah Pembuatan

Langkah-langkah pokok pembuatan karangan ilmiah adalah sebagai berikut :

a. Memilih sebuah pokok soal (topik) yang dapat ditulis sesuai dengan minat Anda, minat pembaca, arti penting topik, fasilitas, dan kesempatan

b. Mencari sumber yang autoratif

c. Membatasi pokok soal yang akan dibicarakan agar pengumpulan data, informasi, dan fakta serta pengolahannya terfokus dan agar karangan dapat dikembangkan secara memadai, yaitu pernyataan-pernyataan pendirian didukung dengan hal-hal yang konkret dan spesifik

d. Menentukan suatu tesis percobaan (tentative) atau garis besar acuan sementara yang menjadi arah umum dan tujuan yang hendak dicapai

e. Mencari di perpustakaan judul-judul buku dan artikel yang membicarakan topik yang telah dipilih dan dibatasi.

f. Mengumpulkan/meminkjam buku-buku dan bacaan yang lain yang akan dipakai sebagai sumber. Pertama-tama kumpulkan semua bacaan/buku yang diperkirakan dapat menjadi sumber (working bibliography); working bibliography masih akan dipilih untukmenyusun final bibliography, yaitu sejumlah buku sumber yang sungguh-sungguh akan dipakai untuk menulis karangan ilmiah

g. Mencatat tiap judul buku/bacaan pada sebuah kartubibliography, lengkap dengan data tentang nama pengarang dan publokasinya. Kartu-kartu bibliografi ini diperlukan untuk menyusun catatan kaki,/catatan akhir dan daftar pustaka/daftar acuan kelak.

h.Membaca buku-buku/bacaan-bacaan sumber dengan membuat catatan-catatan, misalnya catatan dengan sistem kartu. Catatan ini dapat berupa kutipan, sitiran, ringkasan atau komentar pribadi.

i. Menata bahan-bahan yang terkumpul berupa catatan-catatan menjadi suatu garis besar (kerangka karangan,outline). Setelah bahan-bahan itu ditata, akan terlihat bagian yang sudah cukup bahannya, bagian yang belum cukup bahannnya, dan bagian yang masih perlu ditambah dengan bahan yang lain. Dalam hal terakhir ini, Anda harus membaca buku-buku lain lagi serta mengadakan pengamatan, wawancara dan sebagainya.

j. Merumuskan tesis final

k. Menyusun kerangka karangan yang final.

Menulis draft pertama karangan (karangan sementara). Pengantar (introduksi) tidak selalu yang pertama kali disusun. Mungkin saja batang tubuh karangan ditulis terlebih dahulu, kemudian penutupnya berupa ringkasan atau kesimpulan. Setelah itu, baru disusun pengantarnya. Logikanya ialah bahwa setelah mengetahui kemana pembaca harus diantar, dengan mudah kita menuliskan pengantarnya. Dalam menulis karangan sementara ini, kutipan, catatan kaki atau catatan akhir hendaknya diletakkan pada tempatnya dan ditulis dengan jelas dan setepat-tepatnya.

Bentuk-bentuk Karangan

1. Non Ilmiah (Fiksi) adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.
2. Semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya : berada diantara ilmiah.
3. Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodolog penulisan yang baik dan benar. Adapun jenis karangan ilmiah yaitu:

a. Makalah: karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan)

b. Kertas kerja: makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.

c. Skripsi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain.

d. Tesis: karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.

e. Disertasi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang terinci.

Karya Ilmiah
Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya / keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11). Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu (1) mengenali dan merumuskan masalah, (2) menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis, (3) merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara, (4) menguji hipotesis, dan (5) menarik kesimpulan. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari. Ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan verifikasi terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Ciri Karya Ilmiah. Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Objektif. Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

b. Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

c. Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

d. Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

e. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

f. Tidak Pleonastis. Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).

g. Bahasa yang digunakan adalah ragam formal. Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah / ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Pada dasarnya metode ilmiah menggunakan dua pendekatan, yaitu : Pendekatan rasional.Pendekatan rasional berupaya merumuskan kebenaran berdasarkan kajian data yang diperoleh dari berbagai rujukan (literatur). Pendekatan empiris. Pendekatan empiris berupaya merumuskan kebenaran berdasarkan fakta yang diperoleh dari lapangan atau hasil percobaan (laboratorium).

Pengertian karangan ilmiah

Karangan ilmiah ialah karya tulis yang memaparkan pendapat, gagasan, tanggapan atau hasil penelitian yang berhubungan dengan kegiatan keilmuan. Jenis karangan ilmiah banyak sekali, diantaranya makalah, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Kalaupun jenisnya berbeda-beda, tetapi keempat-empatnya bertolak dari laporan, kemudian diberi komentar dan saran. Perbedaannya hanyalah dalam kekomplekskannya.

Ciri-ciri karangan ilmiah

Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, antara lain:

a. Jelas. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.

b. Logis. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.

c. Lugas. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.

d. Objektif. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.

e. Seksama. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya

f. Sistematis. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan

g. Tuntas. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.

Ragam ilmiah

Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis. Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa bentuk luas dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti berikut ini:

a. Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.

b. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.

c. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.

d.Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.

e. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.

f. Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

Sumber :

W. J. S Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, cetakan ke-2, 1979

H. Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, cetakan ke-3, 1984

Dra. Ny. A Subantari R, Drs. Amas Suryadi. Drs. K. Zainal Muttaqin. “Bahasa Indonesia dan Penyusunan Karangan Ilmiah.” Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1998.

Drs. Sutedja Sumadipura, Dra. Harmoni Syam. “Mampu Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.” Bandung: 1996.

Drs. M.E. Suhendar, M.Pd. “Pengajaran dan ujian Keterampilan Membaca dan Ketrampilan Menulis.”

Nama : katherine fernanda gunawan

Kelas : 3ea10

NPM : 11207246

Tidak ada komentar:

Posting Komentar